"Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang dari sedikit dari itu. Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Alquran dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat untuk khusyu dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.'' (Almuzzamil [73]: 1-6).
Malam saat yang penuh dengan keheningan dan ketenangan, sungguh ini waktu yang tepat untuk beristirahat menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas di siang hari. Anehnya, di dalam Alquran, ketika berbicara soal malam, tidak berbicara soal istirahat atau berdiam diri penuh kemalasan. Tetapi, berbicara tentang aktivitas, sebuah kerja dan amal yang agung.
Allah memerintahkan mengisi sepertiga akhir malam dengan mengoptimalkan membaca Alquran, sujud, ruku, bertasbih, berdzikir, beristighfar, bermunajat, dan berdoa. Bahkan, Umar bin Khatab memanfaatkan malam untuk mengontrol kondisi rakyatnya. Ayat di atas pun memerintahkan menghidupkan malam dengan aktivitas malam sebagai bekal menghadapi amanah yang sangat berat. Syekh Mustafa Masyhur mengatakan, ''Dalam malam atau qiyamullail terdapat bekal.''
Manusia yang merindukan ketinggian dan kejayaan menjadikan malam sebagai sumber energi menghadapi perjuangan dan kelelahan siang. Energi jiwa dengan menguatkan ikatan dengan Allah. Energi ilmu dan pemikiran dengan membaca berbagai buku dan energi raga dengan menghirup kesegaran udaranya. Malam dijadikan madrasah untuk meneguhkan tekad, meneguhkan semangat, dan membuktikan kesungguhan yang meyakinkan.
Malam dijadikan ajang pembuktian keikhlasan, pembuktian kesungguhan pengabdian, pembuktian kesungguhan beramal walau tak seorang manusia pun yang menyaksikannya. Pantas saja, bila para panglima perang Islam di zaman Rasulullah memilih kualitas tentaranya dengan parameter mengerjakan qiyamullail.
Di saat malam kelam, para pecinta malam menghidupkan pelita hatinya, menghidupkan pelita ilmunya untuk menghalau gelapnya kejahiliahan. Di malam hari, ada saat di mana Allah akan mengabulkan permohonan hambanya sehingga wajar Imam Hasan Al-Bana berkata, ''Detik-detik malam itu sangat berharga. Maka, janganlah kamu menyia-nyiakannya dengan kelalaian.''
Jumat, 26 Desember 2008
Qiyamul Lail
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Selamat datang di blog reotku. Beri aku nasehat. Tinggalkan nasehatmu disini. Terimakasih. Kalo ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi, kalo ada umur panjang boleh kita berjumpa lagi. :}
BalasHapusArtikel yang bagus.... trims
BalasHapus